“Filosofi Paralayang Wayu dan Kopi Sigi” Dalam Diskusi Peluang dan Tantangan Kopi Sigi

Pemerintah Kabupaten Sigi telah berhasil mewadahi cita-cita para petani kopi, pelaku usaha kopi, dan pemerhati kopi di Kabupaten Sigi melalui hadirnya kegiatan diskusi kopi yang merupakan salah satu rangkaian dari Acara Destinasi Kopi Sigi Tahun 2024 yang berlangsung selama 3 (tiga) hari (20-22 Desember 2024). Acara Destinasi Kopi Sigi dipusatkan di arena Paralayang Desa Wayu, Kecamatan Marawola Barat. Kegiatan ini sekaligus menjadi kegiatan penutup di akhir tahun yang memberikan angin segar dan peluang bisnis berwawasan eco-wisata bagi perkembangan industri kopi di Kabupaten Sigi.

Kegiatan diskusi yang dilaksanakan secara panel dibagi dalam 3 (tiga) sesi, menghadirkan para narasumber yang ahli dan pelaku usaha kopi yang telah berhasil mengangkat citra kopi hingga ke manca negara. Turut hadir dalam diskusi tersebut Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa Kementerian Desa dan PDT, M. Fachri dan Direktur Advokasi dan Kerja Sama Desa dan Pedesaan Kementerian Desa dan PDT, Dwi Rudi Hartoyo, serta Sekretaris Daerah Kabupaten Sigi, Nuim Hayat dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sigi, Agus Munandar.

Dalam sambutan singkatnya, Direktur Advokasi dan Kerja Sama Desa dan Pedesaan Kementerian Desa dan PDT menyampaikan perkembangan kopi di Sigi sama halnya dengan melakukan paralayang di Desa Wayu ini. Sebagaimana halnya paralayang, dalam pengelolaan kopi dari hulu sampai hilir diperlukan adanya kerja sama, membangun akses pasar, dan konsistensi produksi untuk menjaga ketersediaan kopi di Kabupaten Sigi agar tercipta kualitas dan komitmen melalui peran para petani dan pemerintah desa melalui penguatan kelembagaan Bumdes.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kabupaten Sigi, Nuim Hayat menekankan kembali bahwa kita sudah berada di era digitalisasi, sehingga pertukaran informasi untuk permintaan dan akses pasar dapat dilakukan kapan saja, terlebih akses jalan ke Kecamatan Marawola Barat khususnya telah difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Sigi. Dengan melihat potensi dan kualitas kopi di Kabupaten Sigi tidak ada alasan lagi bagi Kopi Sigi untuk kalah bersaing dengan kopi dari daerah-daerah lainnya.

Acara diskusi yang dipandu oleh Kepala Bidang Perindustrian, Achmad Umar Faizal dibagi dalam 3 sesi, Sesi Pertama diskusi dimulai dengan dialog tentang pengolahan biji kopi untuk meningkatkan produksi berkualitas dan nilai tambah produk kopi di pasar global oleh Aditya Dwiki Darmawan Alvin Rizki Ramadhani dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PUSLITKOKA). Keduanya menekankan pentingnya meningkatkan nilai tambah dari petani, bagaimana petani kopi mampu melakukan olah basah giling basah, atau olah kering giling kering dan/atau proses olah lainnya yang dapat meningkatkan nilai tambah dari kopi tersebut. Selain itu, diperlukan juga penguatan kelembagaan, berupa usulan pembuatan indikasi geografis kopi di Kabupaten Sigi. Narasumber berikutnya adalah Owner Kopi Lego Gombengsari, Kabupaten Banyuwangi sekaligus Ketua Masyarakat Pelindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kabupaten Banyuwangi, Hariyono. Sebagai pelaku usha kopi, Hariyono membuka wawasan masyarakat di Kabupaten Sigi agar tidak hanya terfokus pada penanaman kopi saja, tetapi juga mengelola potensi alam yang luar biasa dan merawat eksistensi alam Kabupaten Sigi yang indah, olehnya Hariyono mengusulkan sebuah branding yaitu “Sigi Nirwana Kopi”.

Sesi Kedua diskusi mengenai Kebijakan, Penguatan Kelembagaan Petani oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan Kementan (Muhamad Fauzan Ridha) dan Ketua Dewan Kopi Indonesia (A. Syafrudin). Keduanya menekankan bagaimana bentuk dukungan pemerintah dalam menyediakan bantuan terhadap petani, dan pengawasan rantai pasok dari petani yang langsung diserap pelaku usaha industri bukan melalui tengkulak, serta penguatan sinergitas antar petani, pengusaha kopi dan pemerintah.

Sesi ketiga diskusi berfokus pada Penguatan Perekonomian Kopi Lokal berbasis Kemitraan melalui Program Pendampingan dan Pengembangan Kapasitas yang dibawakan oleh CEO PT. ALKO Provinsi Jambi (Suryono), Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (Handrianus Yovin), Perwakilan Java Kirana, dan Penasihat Senior IHCS (Gunawan). Diskusi sesi ketiga ini menekankan penguatan branding kopi melalui cerita kopi Sigi, yaitu ekosistem kopi yang akan dibangun di Kabupaten Sigi dengan penguatan kolaborasi antar mitra melalui berbagai peran yang ada. Untuk itu, maka peran petani, prosessor kopi pasca panen dan peran lainnya harus dapat dipahami dengan baik, utamanya adalah pemerolehan Status Daftar Tanah Budidaya (STDB) bagi petani harus ada sebagai wujud perlindungan dan pemberdayaan dari pemerintah melalui status lahan dan bantuan pengelolaan kebunnya masing-masing.

Diskusi diakhiri dengan sharing success story dari Kepala Desa Batang Sangir Kabupaten Jambi Provinsi Jambi (Basuki), dan Kepala Desa Prangat Baru Kabupaten Kutai Kartanagara Provinsi Kalimantan Timur (Fitriati). Paparan kedua Kepala Desa tersebut mampu men-trigger peserta diskusi melalui upaya apa saja yang dapat dilakukan atau langkah-langkah untuk mendapatkan bantuan dana APBDesa dalam memajukan potensi unggulan desa dan penguatan kelembagaan BUMDES.

Diskusi yang berlangsung selama 4 jam terasa kurang karena materi yang disampaikan sangat relevan dan menginspirasi para peserta diskusi. Dengan diskusi ini diharapkan transfer knowledge dari para pemateri akan menjadikan para pelaku kopi di Kabupaten Sigi lebih berdaya yang akan mengangkat dan membangun citra kopi Kabupaten Sigi di kancah nasional maupun global.. KOPI SIGI…… LUAR BIASA!